Sandiwara

Indonesia seperitinya tidak akan kehabisan wacana dan perdebatan, Beberapa hari belakangan kita disuguhi dengan "sandiwara dunia" tingkat nasional mengenai kerusuhan di Sampang Madura yang sekarang menjadi perbincangan “panas” antar kelompok dan golongan, ahli dan praktisi, saat berbagai kalangan sibuk mendiskusikan mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Hasil gambar untuk talk show



Disini jelas bahwa latar belakang kehidupan sosial, pendidikan dan posisi yang ditempati sekarang dari para ahli menjadi output utama berbagai pendapat yang muncul. ada sudut pandang agama, ideologi, politik serta keamanan, isue-isue yang dulunya sempat hilangpun muncul kembali kepermukaan, bersama isue-isu yang memang sedang menjadi topik utama hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.


Dari sudut pandang kelompok keagamaan Islam konservatif yang sempit muncul pendapat bahwa pemerintah dan pihak yang berwenang telah secara sengaja melindungi aliran “sesat” dalam Islam yang notebene kenyataannya memang menjadi aliran minoritas di Indonesia, bahkan ada fhoto beredar yang dengan jelas mendiskreditkan salah satu pimpinan organisasi masyarakat Islam terbesar Indonesia yang menyebutkan beliau mendukung keberadaan aliran yang dianggap sesat tersebut.


Setali tiga uang namun berbeda warna, kelompok keagaamaan Islam radikal yang setia dengan pola pemikiran konspirasi mereka berpendapat bahwa ribut-ribut permasalahan penyerangan tersebut menguak dimuka publik di Indonesia adalah karena pihak barat yang dianggap mendukung keberadaan mereka menekan pemerintah kita untuk menyelesaikan masalah tersebut, yang sebenarnya justru bertujuan untuk semakin memprovokasi dan melemahkan bangsa berpenduduk muslim terbesar didunia dan berpotensi menjadi negara Islam berbentuk model kepemimpinan Rasulllah dan para sahabat.


Berbeda lagi dengan pendapat para pakar tata negara, para akademisi ahli yang otaknya penuh dengan hapalan undang-undang dan pasal itu mengatakan bahwa ini terjadi akibat pandangan agama yang sempit begitu menguasai pemikiran Indonesia, masyarakat masih belum melek bahwa sebenarnya kita hidup di negara demokrastis, bukan negara agama, dan kita hidup ditengah masyarakat global yang juga mengawasi dan melihat apa yang terjadi dirumah tangga kita.


Lalu, kata para ekonom turut menambahkan, bahwa akibat domino dari hal ini adalah menurunnya kepercayaan dunia terhadap stabilisasi keamanan di Indonesia yang pada akhirnya bisa menurunkan neraca investasi dan ekonomi kita.
Terakhir para pengamat dan profesional dibidang keamanan ikut andil dalam menyumbang kenyataan peliknya masalah yang dihadapi oleh bangsa kita. Mereka berkata:” Reformasi adalah pembelian mahal bangsa kita yang telah mengorbankan begitu banyak aspek ketentraman akibat adanya kebebasan yang kebablasan. Pers, masyarakat dan pribadi menjadi tak terkontrol lagi, kekuasaan intelejen dikurangi sehingga tidak bisa berbuat banyak lagi, inilah harga yang harus dibayar dari sebuah kebebasan” ujar.


Lalu, dimana kah pendapat yang paling anda rasakan pas dengan diri anda, saya rasa tiap orang adalah berbeda dengan yang lainnya, karena itu, perbedaan adalah sebuah kemestian, dan dalam setiap kemestian harusnya ada sebuah pengertian dan pemahaman, karena tanpa dua hal tersebut, kita hanya akan hidup menderita -lahir dan bathin- ketika menghadapi kehidupan yang kadang tidak sebagaimana yang kita harapkan. Akhirul kalam, mengikuti salah satu semboyan rokok produksi nasional (ini gen jadi masalah jua rajin) semoga hidup lebih hidup saat kita bisa mengerti dan menerima hidup. Semoga bermanfaat!!
Theme images by loops7. Powered by Blogger.