Anak Bawang
Pernah denger istilah anak bawang?
Anak bawang adalah istilah untuk seseorang yang ikut dalam suatu permainan namun tidak masuk hitungan (hanya ikut-ikutan). dulu, sewaktu masih anak-anak, saya sering kali menjadi anak bawang saat bermain berhubung dulu di diantara teman bermain di lingungan rumah, saya merupakan anak paling kecil (muda).
Menjadi anak bawang itu enak ga enak, di satu sisi mendapatkan ‘perlindungan’ lebih dibanding pemain lain namun di sisi lain si anak bawang tidak benar-benar bermain (kurang dianggap) dalam permainan itu. seperti misalnya bermain “ucing sumput” (petak umpet), si anak bawang biasanya tidak akan pernah menjadi “ucing” (penjaga) walaupun dia ditemukan lebih dulu dibanding yang lain tapi dia tetap ikut bermain.
Dalam arti kias, anak bawang bisa diartikan sebagai orang yang belum mengerti apa-apa atau mungkin lebih ‘lemah’ dibanding lainnya. mungkin seorang fresh graduate yang baru pertama kali kerja di suatu perusahaan akan merasa menjadi anak bawang di awal-awal dia bekerja karena dia bekerja dan mendapat hak sebagai pegawai tapi dia belum banyak mengerti tentang pekerjaannya dan biasanya masih diberi tugas yang ringan.
Terkadang dalam situasi tertentu saya merasa menjadi anak bawang. situasi ini misalnya saat kita jalan bareng/kumpul dengan teman satu angkatan entah itu teman se-smp, sma, kuliah, atau lainnya tapi teman yang kumpul bukanlah teman dekat, kenal tapi tak dekat. dalam situasi tersebut bagi introvert seperti saya, terkadang malah menjadi tidak nyaman karena ikut berkumpul tapi terkadang tidak mengerti dengan obrolan, candaan dari teman-teman lainnya. Saya merasa beberapa teman yang tidak datang dalam suatu kesempatan kumpul-kumpul seperti reuni, malas menghadapi kondisi seperti ini khususnya bila teman dekatnya tidak hadir dalam kumpul-kumpul tersebut. Dalam beberapa kesempatan seorang teman jarang datang pada acara kumpul-kumpul (entah reuni, nikahan, atau lainnya) dengan berbagai alasannya entah itu kumpulnya kemalaman, tempat kumpulnya kejauhan, atau apapun itu. tapi saat teman dekatnya yang mengadakan acara/mengajak kumpul atau confirm bakal datang, meskipun kumpulnya malam dan jauh, tetap dibela-belain datang. Dan hal itu sangat sangat wajar. Setidaknya itulah yang sering saya rasakan dan lakukan.
Dalam beberapa kesempatan kumpul-kumpul, tak jarang saya memperhatikan gerak-gerik teman yang datang, dari sana saya membagi ada beberapa tipe :
‘Si pusat perhatian’. Si pusat perhatian biasanya adalah orang yang cukup terkenal dikalangan teman-temannya karena keunikannya ataupun keaktifannya. Dalam kumpul-kumpul, orang ini sering kali menjadi pusat perhatian, entah saat dia berbicara atau melawak, perhatian hampir semua orang tertuju padanya. bisa dibilang dia salah seorang yang ditunggu banyak orang, seseorang yang menyenangkan atau seperti istilah “ga ada lo ga rame”. tapi terkadang seorang yang menjadi pusat perhatian adalah seseorang yang sering menjadi bahan ‘bully’-an diantara teman-temannya.‘Sang playmaker’. Sang playmaker biasanya menjadi pengatur alur/suasana dalam suatu acara kumpul bareng. dia biasanya yang memulai topik untuk mecairkan suasana. dia pandai melihat situasi, memperhatikan hampir semua yang datang, dan tau apa yang harus dilakukan untuk memeriahkan acara. dia termasuk salah seorang yang perhatian, termasuk saat melihat temannya yang lebih sering diam, dia memancing pertanyaan agar temannya itu bisa ikut dalam suasana. dia berinteraksi dengan hampir semua orang yang datang. Keberadaannya dalam suatu acara kumpul bareng sangatlah penting dan harus ada.‘Support player’. support player termasuk orang yang ikut meramaikan suasana. bedanya dengan sang playmaker, mereka tidak mengatur suasana tapi terbawa suasana. terkadang mereka menunggu sang playmaker memulai topik, baru mereka ikut meramaikan dan memulai sub topik yang berhubungan. saat tidak ada topik atau pusat perhatian, mereka akan diam, bermain gadget atau membuat forum kecil dengan teman sebelahnya, sampai akhirnya sang playmaker memusatkan lagi perhatian, mereka akan ikut kembali ke forum besar. tipe ini termasuk yang paling sering saya temui saat berkumpul.‘Bench player’. bench player mirip dengan support player, bedanya mereka lebih sedikit dalam berinteraksi namun menjadi pendengar yang baik dan tetap ikut dalam suasana. mereka jarang sekali memulai topik pembicaraan, mereka sebenarnya ingin berinteraksi lebih namun entah karena malu atau bagaimana akhirnya mereka lebih banyak memperhatikan dan mendengar. saat dalam suasana banyak forum kecil, mereka terkadang berinteraksi dengan support player yang mengajaknya bicara atau mereka memilih forum kecil mana yang lebih menarik untuk didengarkan. disaat suasana sangat sepi, mereka akan merasa tidak nyaman dan akhirnya turut menjadi support player untuk turut meramaikan suasana.‘Si anak bawang’. orang ini ikut dalam acara tapi keberadaannya seakan-akan ada atau tidak ada dia, tidak mengubah suasana acara. Si anak bawang biasanya lebih banyak diam dan tidak terbawa suasana, saat yang lain sedang ramai, mungkin saja dia malah bermain sendiri dengan gadgetnya. terkadang dia mencoba untuk ikut dalam suasana, lihat kanan-kiri namun kesulitan untuk ikut membaur. tapi sebetulnya dengan kehadirannya, membuktikan bahwa dia sebetulnya ingin ikut ‘bermain’, terbawa dalam suasana. yang dibutuhkannya adalah seseorang teman dekat atau sang playmaker untuk ‘menariknya’ ke tengah-tengah suasana sehingga dia bisa lebih mudah berbaur dalam suasana.
Setiap orang bisa berperan sebagai apa saja. misalnya saja si A saat berkumpul dengan teman SMA-nya menjadi si ‘pusat perhatian’, tapi saat berkumpul dengan teman kuliah menjadi si ‘anak bawang’. Karakter seseorang terkadang bisa berubah bergantung dari kondisi/lingkungan yang ia hadapai, dengan siapa dia berada.
***
seberjalannya waktu, anak bawang juga bisa jadi pemain kunci
seberjalannya waktu, anak bawang juga bisa jadi pemain kunci