FILSAFAT ANALITIK

Hasil gambar untuk filsafat analitik


Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr.Wb
            Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat kepada Allah SWT. Karena berkat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Keluarga, sahabatnya, hingga sampai kepada kita sebagai umatnya. Makalah ini disusun atas dasar tugas kelompok dari mata kuliah Pengantar Ilmu Filsafat yang berjudul “Filsafat Analitik”.
            Kami menyadari makalah ini banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan makalah ini akan kami terima dengan senang hati. Pada akhirnya kata semoga Allah SWT. Memberikan petunjuk serta hidayah-Nya kepada kita. Sekian makalah ini semoga bermanfaat bagi pembacanya. Terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb











BANJARMASIN, 6  November 2015


Tim Penyusun












DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR………………………………………………………………….               i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………....               ii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………….......
A.     Latar Belakang…………………………………………………………              3
B.     Rumusan Masalah……………………………………………………..              3
BAB 2 PEMBAHASAN                     
A.     Pengertian Filsafat Analitik………………………………………………………………….                   4
B.     Penyebar Benih Filsafat Analitik……………………………………………………………….....                      4                     
C.     Aliran Dalam Filsafat Analitik……………………………………………………………….....              5           
D.     Teori-Teori Arti…………………………………………………………             5         
E.      Ludwig Wittgenstein (1889-1951)…………………………………………………………….............                6         
BAB 3 PENUTUP
A.     Kesimpulan………………………………………………………………                       8
B.     Daftar Pustaka...........................................................................................                  9














BAB 1
PENDAHULUAN

        I.            Latar Belakang

Dalam sejarah perkembangan filsafat sejak zaman pra-Yunani Kuno hingga abad XX sekarang ini, telah banyak aliran filsafat yang bermunculan. Setiap aliran filsafat itu memiliki kekhasannya masing-masing, sesuai dengan metode yang dijalankan dalam rangka memperoleh kebenaran.  Telah banyak metode filsafat yang diajukan oleh para filsuf, namun tidak ada satupun yang luput dari kelemahan. Kelemahan metode filsafat yang satu akan dikritik dan dikoreksi oleh filsuf-filsuf lainnya. Demikian seterusnya, sehingga pada umumnya suatu aliran filsafat itu muncul atau tampil kearena filsafat, karena bereaksi terhadap aliran filsafat sebelumnya.
Demikian pula halnya dengan Mazhab Analitika Bahasa(MAB) atau Filsafat Analitik atau Filsafat Bahasa, kemunculannya di tengah kancah filsafat erat kaitannya dengan aliran filsafat sebelumnya, terutama Rasionalisme, Empirisisme Inggris, Kritisismenya Immanuel Khan. Gerakan MAB muncul pada abad XX.
Kekhasan MAB ini tidak hanya menyangkut masalah metode melainkan terletak pada ruang lingkup kegiatan MAB itu sendiri.
Tokoh-tokoh penting yang paling mewakili corak pandangan pada filsafat analitik ini adalah Bertrand Russel, Ludwig Wittgenstein, Alfred Jules Ayer, Gilbert Ryle, dan John Langshaw Austin.

     II.            Rumusan Masalah
Dari penjelasan dan uraian di atas maka penulis merumuskan beberapa permasalahan dalam pembahasan filsafat analitik ini sebagai berikut :

1.      Apa itu filsafat analitik?
2.      Siapa-siapa saja penyebar benih Filsafat analitik?
3.      Apa saja aliran yang terdapat dalam filsafat analitik?
4.      Apa saja teori-teori arti dalam filasafat analitik?
5.      Bagaimana sejarah hidup Ludwig Wittgenstein dalam mengembangkan filsafat analitik?












BAB 2
PEMBAHASAN

A.     PengertianFilsafat Analitik
Secara etimologi kata analitik berarti investigative, logis, mendalam, sistematis, tajam dan tersusun. Beberapa pengertian tentang filsafat analitik secara terminologi yaitu :
·         Menurut Rudolp Carnap, filsafat analitik adalah pengungkapan secara sistematik tentang syntax logis (struktur gramatikal dan aturan-aturannya) dari konsep-konsep dan bahasa khususnya bahasa ilmu yang semata-mata formal.
·         Menurut Roger Jones menjelaskan arti filsafat analitik bahwa baginya tindak menganalisis berarti tindak memecah sesuatu kedalam bagian-bagiannya. Tepat bahwa itulah yang dilakukan oleh para filosof analitik.
·         Didalam kamus popular filsafat, filsafat analitik adalah aliran dalam filsafat yang berpangkal pada lingkaran Wina. Filsafat analitik menolak setiap bentuk filsafat yang berbau metafisik.
Filsafat analitik adalah suatu gerakan filosof abad ke XX, khususnya di Inggris dan Amerika Serikat yang memusatkan perhatiannya pada bahasa dan mencoba menganalisa pernyatan-pernyataan (konsep-konsep, ungkapan-ungkapan kebahasaan, atau bentuk-bentuk yang logis) supaya menemukan bentuk-bentuk yang paling logis dan singkat yang cocok dengan fakta-fakta atau makna-makna yang disajikan. Yang pokok bagi filsafat analitik adalah pembentukan definisi baik yang linguistic(ilmu tentang bahasa) atau nonlinguistic nyata atau yang konstektual.
Filsafat analitik sendiri secara umum hendak mengklarifikasi makna dari pernyataan dan konsep dengan menggunakan analisis bahasa.
Oleh karena itu pemakaian istilah analisis ini lebih mengacu pada pengertian yang bersifat umum, yaitu suatu upaya untuk menyelidiki atau memeriksa konsep-konsep dalam rangka mengetahui benar atau tidak, logis atau tidak logis, bermakna atau tidak bermaknanya konsep-konsep tersebut. Konsep dalam hal ini adalah hasil pemikiran atau pandangan seseorang yang diungkapkan dalam bentuk bahasa. [1]
Analitik (filsafat analitik) aliran dalam fisafat yang berpangkal pada Lingkaran Wina. Terus dikembangkan oleh Wittgenstein,Russel dan Moore di Negara-negara yang berbahasa Inggris, tetapi juga diteruskan di Polandia. Filsafat analitik menolak setiap bentuk filsafat yang berbau “metafisik”. [2]

B.     Penyebar Benih Filsafat Anaitik
Kalau ada orang yang menganggap analisis bahasa merupakan hal yang baru dalam arena filsafat, maka anggapan yang demikian itu sebenarnya kurang tepat. Sebab kendati analisis bahasa baru dicanangkan sebagai suatu metode dalam berfilsafat oleh Wittgeinstein pada abad keduapuluh ini, tetapi benih analisis bahasa itu sendiri sesungguhnya sudah ada dalam pemikiran filsuf terdahulu.  Oleh karena itu perkembangan filsafat analitik hingga mencapai taraf sekarang ini tidak dapat dilepaskan begitu saja dari ide yang pernah dilontarkan oleh para filsuf terdahulu. Filsuf yang dapat dianggap sebagai penyebar benih filsafat analitik itu antara lain Socrates, Aristoteles, Descartes, David Hume, Immanuel Khan, dan George Edward Moore.

C.     Aliran Dalam Filsafat Analitik
a.       Atomisme Logik
Aliran ini mulai dikenal pertama kali pada tahun 1918 melalui tulisan-tulisan Bertrand Russell, dan kemudian mencapai puncaknya dalam pemikiran Wittgenstein melalui karyanya yang berjudul Tractatus Logico-Philosophicus.
Atomisme logik ini adalah suatu faham atau ajaran yang berpandangan bahwa bahasa itu dapat dipecah menjadi proposisi-proposisi atomik atau proposisi-proposisi elementer, melalui teknik analisis logik atau analisis bahasa. Kaum Atomisme logic bermaksud menunjukkan adanya hubungan yang mutlak antara bahasa dengan realitas. 
b.      Positivisme Logik
Aliran yang semula dikenal dengan nama Lingkungan Wina ini didirikan pada tahun 1922 oleh Moritz Schlick. Tokoh yang tergabung dalam aliran ini adalah para ahli matematik, logika, dan sains. Kecenderungan terhadap sesuatu yang  bersifat postitif dan pasti, serta dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah merupakan curhat pandangan yang khas dari kaum positivism logik ini. Aliran ini secara nyata dipengaruhi oleh pemikiran Moore dan Atomisme Logik(Russell dan Wittgenstein), terutama dalam penerapan teknik analisis bahasa. Namun dalam hal tertentu mereka(kaum positivisme logik) bahkan lebih tegas dan menunjukkan corak pandangan yang pasti, yaitu menolak metafisika,teologi dan etika.
c.       Filsafat Bahasa Biasa (The Ordinary Language Philosophy)
Filsuf analitik yang muncul belakangan mulai meragukan keampuhan bahasa logika dalam penentuan bermakna atau tidaknya suatu ungkapan. Sekarang mereka mulai mengalihkan perhatian pada titik-tolak penggunaan bahasa biasa. Oleh karena itu faham yang demikian itu dikenal dengan nama Filsafat Bahasa Biasa.
Bagi penganut faham filsafat bahasa biasa, permasalahan utama yang lebih penting daripada masalah makna, yaitu bagaimana penggunaan suatu istilah atau ungkapan dapat mengandung arti demikian. Tokoh Analtika bahasa yang dapat dianggap sebagai perintis aliran filsafat bahasa biasa adalah Wittgenstein.

D.     Teori-Teori Arti
Masalah arti atau makna suatu ungkapan bahasa, merupakan persoalan yang paling mendasar didalam filsafat bahasa.
1.      Teori Acuan (Referential Theory)
Menurut Alson teori acuan ini merupakan salah satu jenis teori arti yang mengenali (mengidentifikasikan) arti suatu ungkapan dengan apa yang diacukanya atau dengan hubungan acuan itu. Kita dapat mengenali arti suatu istilah atau ungkapan berdasarkan sesuatu yang dipacu oleh istilah atau ungkapan tersebut, dan juga berdasarkan hubungan antara istilah atau ungkapan itu dengansesuatu yang diacu.
2.      Teori Ideasi (The Ideatonal Theory)
Teori ideasi merupakan salah satu teori jenis teori arti yang menawarkan alternatef lain untuk memecahkan arti ungkapan ini.
Menurut Alston teori ideasi ini adalah suatu  jenis teori arti yang menganali (mengidentifikasi) arti ungkapan dengan gagasan-gagasan (idea-idea) yang berhubungan dengan ungkapan tersebut. Dengan kata lain, teori ideasi ini mengidentifikasikan arti E(Expression, atau ungkapan), dengan gagasan-gagasan (ide-ide) yang menimbulkan atau juga yang ditimbulkan E(Expression). Teori inimelatarbelakangi pola berpikir orang mengenai bahasa sebagai “suatu arti atau alat (instrument) bagi komunikasi pikiran atau gagasan’, atau sebagai suatu ‘gambaran fisik dan eksternal dari suatu keadaan internal’, atau bilamana orang menetapkan suatu kalimat sebagai suatu ‘rangkaian kata-kata yang mengungkapkan suatu pikiran yang lengkap”.
3.      Teori Tingkah Laku (Behavioral Theory)
Menurut Alston, teori tingkah laku ini merupakan salah satu jenis teori arti yang mengenai (mengidentifikasi)arti suatu kata atau ungkapan bahasa dengan rangsangan-rangsangan (stimuli) yang menimbulkan ucapan tersebut, dan atau tanggapan-tanggapan (responses) yang ditimbulkan oleh ucapan tersebut.[3]

E.      Ludwig Wittgenstein (1889-1951)
a)      Orangnya
Wittgenstein lahir di Austria. Tahun 1906 ia belajar  pada Sekolah Tinggi Teknik di Berlin (Nuchelmans, Overzicht van de analytiche wijsbegeerte, 106; Encyclopedia of Philosophy, 8-327).
b)      Filasafatnya
Wittgenstein membuat analitika sendiri menjadi suatu filsafat ekslusif. Filsafat bagi dia hanya dapat dipertanggungjawabkan sebagai suatu metodologi, yaitu analisa bahasa (critique of language). Filsafat tidak mempunyai obyek formal sendiri, hanya menjelaskan apa yang telah diketahui sarana lain. Dalam filsafat Wittgenstein dibedakan dengan jelas dua periode. Kedua tahap itu tidak dapat dipisahkan.
1)      Periode Reduktif (sampai 1930)
Gagasan teori pertama diungkapkan dalam bukunya Tractatus. Menurut Wittgenstein, dunia terdiri dari fakta-fakta sederhana yang serba lepas satu sama lain (pluralisme mutlak), tetapi yang dapat dihubungkan pula. Seluruh tugas filsafat adalah menjelaskan dan menepatkan bahasa, sebab dengan jelas demikian juga dunia sendiri menjadi jelas.
2)      Periode “Language-games” (Mulai 1930)
Gagasan periode ini sesuai dengan Philosophical investigations. Wittgenstein mengandaikan bahwa berbicara merupakan suatu tingkah laku tertentu, dalam situasi tertentu. Pikiran dan bahasa tidak dapat dipisahkan. Pikiran bukanlah suatu proses di balik bahasa,melainkan terjadi dalam dan terdiri dari linguistic behavior.
Permainan-permainan bahasa mempergunakan kata-kata yang sama menurut art berbeda-beda, sesuai dengan fungsi berbeda-beda pula. Filsafat bertugas untuk meneliti dan membedakan permainan-permainan bahasa itu agar tidak ada kekeliruan dan kesalahpahaman.
c)      Metodenya
Seluruh filsafat menurut Wittgenstein tidak lain hanya merupakan metode, yaitu critique of language. Analisa bahasa ini merupakan metode netral, tidak mengandaikan salah satu epistemology, filsafat, atau metafisika. Maksud metode Wittgenstein itu bersegi dua :
1)      Positif
Menjelaskan bahasa sendiri. Memperlihatkan apakah  yang memang dapat dikatakan, dan bagaimanakah dapat dikatakan. 
2)      Negative
3)      Justru dengan jalan postif itu, metode mempunyai efek therapeutis (penyembuhan) terhadap kekeliruan dan kekacauan (logis). Ditampakkan jalannya bahasa (the working of language), dengan demikian orang terbuka untuk melihat hal-hal menurut adanya. Kelihatanlah bahwa ada ucapan-ucapan (filosofis) yang tidak dapat dipersoalkan banar salahnya. Maka metode filsafat dapat dipandang sebagai terapi ahli psiko-analisa. Menyembuhkan teka-teki filosofis (penyakit) dengan memperlihatkan bagaimana genesisnya. Tetapi ini pun mempunyai segi positif pula yaitu menampakkan apa yang tidak dapat dikatakan (mystical).
d)      Filsafat Menghapuskan Dirinya Sendiri
Sebenarnya analitika bahasa tidak dapat dipertanggungjawabkan secara prinsipiil. Filsafat analitis itu bersifat serba pragmatis, dan buktinya letak dalam penyembuhan yang dihasilkan Wittgenstein. Jikalau orang telah membebaskan dirinya dari kekacauan dan menyesuaikan dirinya dengan pemakaian bahasa yang wajar, maka filsafat analitis tidak dibutuhkan lagi.[4]




















Kesimpulan


Dari uraian tentang filsafat analitik diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Filsafat analitik adalah suatu gerakan filosof abad ke XX, khususnya di Inggris dan Amerika Serikat yang memusatkan perhatiannya pada bahasa dan mencoba menganalisa pernyatan-pernyataan (konsep-konsep, ungkapan-ungkapan kebahasaan, atau bentuk-bentuk yang logis) supaya menemukan bentuk-bentuk yang paling logis dan singkat yang cocok dengan fakta-fakta atau makna-makna yang disajikan.
2.      Filsuf yang dapat dianggap sebagai penyebar benih filsafat analitik itu antara lain Socrates, Aristoteles, Descartes, David Hume, Immanuel Khan, dan George Edward Moore.
3.      Aliran dalam filsafat analitik terbagi menjadi tiga yaitu, anotisme logik (dikenal pertama kali pada tahun 1918 melalui tulisan Bertrand Russell dan di sempurnakan oleh Wittgenstein. Positivisme logik (Aliran yang semula dikenal dengan nama Lingkungan Wina ini didirikan pada tahun 1922 oleh Moritz Schlick). Filsafat bahasa biasa (Filsuf analitik yang muncul belakangan mulai meragukan keampuhan bahasa logika dalam penentuan bermakna atau tidaknya suatu ungkapan)
4.      Teori teori arti terbagi menjadi tiga yaitu, Teori acuan (merupakan salah satu jenis teori arti yang mengenali (mengidentifikasikan) arti suatu ungkapan dengan apa yang diacukanya atau dengan hubungan acuan itu). Teori ediasi (menawarkan alternatif lain untuk memecahkan arti ungkapan. Teori tingkah laku (merupakan salah satu jenis teori arti yang mengenai (mengidentifikasi)arti suatu kata atau ungkapan bahasa)
5.      Ludwig Wittgenstein (1889-1951) ahli analitika. Dalam pembahasan nya, filsafat dibedakan dengan jelas  dua periode. Yaitu periode periode reduktif dan periode language-games
















Daftar Pustaka
Mustansyir, Rizal. Filsafat Analitik, Penerbit : Pustaka Pelajar, 2007
Hartoko, Dick. Kamus populer Filsafat
http://jaringskripsi.wordpress.com/2009/09/02/filsafat-analitik/
Metode-metode Filsafat


[1] http://jaringskripsi.wordpress.com/2009/09/02/filsafat-analitik/
[2] Hartoko, Dick. Kamus populer Filsafat
[3] Mustansyir, Rizal. Filsafat Analitik, Penerbit : Pustaka Pelajar, 2007
[4] Metode-metode Filsafat
Theme images by loops7. Powered by Blogger.