MAKALAH AYAT TENTANG AKHIRAT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Percaya kepada adanya kehidupan
akhirat merupakan rukun iman yang kelima. Beriman kepada hari akhir sesudah
beriman kepada Allah SWT menunjukkan bahwa beriman kepada adanya kehidupan di
akhirat merupakan hal yang amat penting. Al-Qur’an telah merambahkan dimensi
baru terhadap studi mengenai fenomena jagad raya dan membentuk pikiran manusia
melakukan terobosan terhadap batas penghalang dari alam materi. Al-Qur’an
membimbing manusia kepada Allah dan keagungan alam semesta yang amat luas dan
mengajak manusia untuk menyelidikinya, mengungkap keajaiban dan keghaiban,
serta berusaha memanfaatkan kekayaan alam yang melimpah ruah untuk
kesejahteraan hidup.
Oleh karena itu al-Qur’an membawa
manusia terhadap Allah SWT melalui ciptaan-Nya dan realitas kongkret yang
terdapat di bumi dan di langit. Inilah sesungguhnya yang terdapat pada ilmu
pengetahuan yang mana mengadakan observasi lalu menarik hukum-hukum alam
berdasarkan observasi dan eksperimen. Dengan demikian ilmu pengetahuan dapat
mengetahui tentang segala hal yang telah diciptakan oleh Allah melalui
observasi yang teliti dan terdapat hukum-hukum yang mengatur gejala alam dan
al-Qur’an menunjukkan kepada realitas intelektual yang maha besar, yaitu Allah
SWT, lewat ciptaan-Nya.
B. Rumusan masalah
1.
Apa saja kandungan Surah Al-Hijr ayat 39-42 ?
2.
Apa saja kandungan Surah Al-Hadid ayat 20 ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. AL-HIJR
1. Ayat 39-40
a.
Ayat dan Artinya
Artinya;
39. Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, 40. kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka"
b.
Munasabah
Pada
pembahasan sebelumnya disebutkan bahwa iblis berada dalam barisan malaikat,
namun Allah Swt mengusir dan melaknat Iblis karena menentang perintah-Nya untuk
bersujud kepada Adam. Ayat ini menjelaskan, setelah Iblis diusir oleh Allah
Swt, ia berjanji akan menyesatkan umat manusia. Namun demikian, Iblis tidak
akan bisa menyesatkan orang-orang yang disebut Allah dengan sebutan mukhlas,
yaitu mereka yang dibersihkan dan dijaga oleh Allah Swt dari perbuatan dosa.[1]
c.
Tafsir
Setelah Allah
menyampaikan bahwa iblis akan termasuk mereka yang ditangguhkan hidupnya hingga
waktu tertentu, ia berkata “Tuhanku, disebabkan oleh penyesatan-Mu terhadap
diriku, yakni kutukan-Mu terhadapku hingga hari kemudian, maka pasti aku akan
memperindah bagi mereka, yakni menjadikan mereka dari pengabdian kepada-Mu, dan
pasti pula dengan demikian aku akan dapat menyesatkan mereka semuanya dari
jalan lurus menuju kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Upaya tersebut akan menyentuh semua manusia,
kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlas diantara mereka, yakni yang Engkau pilih
karena mereka telah menyerahkan diri secara penuh kepada-Mu[2]
Dalam ayat ini disebutkan
bahwa setan menyesatkan pikiran dan perbuatan manusia dengan memoles dan
membungkus perbuatan maksiat agar terlihat indah. Karena, ketika manusia
melihat perbuatan maksiat sebagai keburukan, secara alamiah ia tidak akan
terjerumus ke dalam kemaksiatan. Namun ketika manusia melihat keburukan sebagai
kebaikan dan kemungkaran sebagai makruf, maka dengan mudah ia akan melakukan
perbuatan maksiat. Dengan kata lain, setan tidak pernah memaksa manusia
melakukan maksiat, karena setan hanya memoles dosa dengan kebaikan dan manusia
sendirilah yang melakukan dosa tersebut.
Setan menyandarkan
kesesatannya kepada Allah dengan mengatakan, "Ya Tuhanku, Engkaulah yang
telah menyesatkanku." Hal tersebut merupakan tindakan keliru dan tanpa
dasar, karena Allah Swt tidak pernah menyesatkan siapapun. Ketika seseorang
memilih jalan yang salah, Tuhan tidak pernah menghalangi dan menutup jalannya.
Sebab hal tersebut bertentangan dengan sunatullah yang memberikan ikhtiar dan
kebebasan memilih kepada manusia dan jin. Iblis dengan pilihannya sendiri
menentang perintah Allah. Demikian pula Allah memperlakukan para pendosa.
2. Ayat 41-42
a.
Ayat dan Artinya
Ayat dan Artinya
Artinya
:
41. Allah berfirman: "Ini adalah
jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya) 42. Sesungguhnya
hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang
yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat.
b.
Munasabah
Ketika
setan mengatakan dirinya akan menyesatkan semua manusia dan hanya sedikit yang
terjaga dari tipuannya, Allah Swt memberikan ketenteraman kepada orang-orang
mukmin. Di ayat ini Allah Swt berfirman bahwa kaum mukminin tidak perlu khawatir
atas godaan Iblis.
c.
Tafsir
Ayat ini menunjukan
bahwa iblis sama sekali tidak mempunyai kemampuan dari dirinya sendiri. Firman
Allah swt. Yang ditunjukan-Nya kepada iblis itu merupakan bantahan yang sangat
tegas.
Nabi Adam , Malaikat ,
Manusia ataupun Iblis dan Jin, tidak ada yang berhak menyombongkan diri atau
takabbur, sifat takabbur adalah sifat Allah , lalu Allah melanjutkan sabdanya
kepada iblis. “Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap
mereka,” dan dengan sifat sombong Allah berfirman “kecuali orang-orang yang
mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat”.[3]
B.
Al-Hadid
1. Ayat 20
20. Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan,
perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang
banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani;
kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian
menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari
Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu.
2. Kosakata :
الَّعَبْ : Sesuatu
yang tidak membuahkan apa-apa, seperti halnya permainan anak-anak.
زِيْنَةٌ
:
Perhiasan seperti pakaian-pakaian yang megah.
تَفَاخُرٌ: Saling berbangga dengan nasab
dan orang tua yang telah menjadi tulang belulang yang hancur.
يَهِيْجُ : Mulai
kering luluh akibat kekeringan.
3.
Munasabah
Pada
ayat-ayat yang lalu Allah swt menggembirakan orang-orang mukmin dengan cahaya
yang terang benderang menerangi sekeliling mereka di hari Kiamat, mendorong
mereka bersungguh-sungguh dan tidak lalai, menyebut pahala orang-orang yang membenarkan Allah dan rasul-Nya baik
laki-laki maupun perempuan sedang yang kafir akan dibalas dengan neraka. Pada
ayat-ayat berikut ini Allah swt menjelaskan keadaan dunia itu seperti hujan
yang mejebabkan tanaman menghijau, menggembirakan, kemudian menjadi kering layu
kekuning-kuningan dan hancur.[4]
4.
Tafsir
Allah berfirman: ketahuilah, wahai hamba-hamba Allah
yang lengah atau tertipu oleh gemerlapan hiasan duniawi, bahwa sesungguhnya
kehidupan dunia dalam gemerlapannya yang menggiurkan, tidak lain hanyalah
permainan yakni aktivitas yang sia-sia dan tanpa tujuan. Apa yang
dihasilkan tidak lain hanyalah hal-hal yang menyenangkan hati tetapi
menghabiskan waktu dan mengantarkan kepada kelengahan, yakni
melakukan kegiatan yang menyenangkan hati, tetapi tidak atau kurang penting
atau yang lebih penting, serta ia juga merupakan perhiasan dan
bermegah-megah antara kamu yang mengantar kepada dengki dan iri hati serta
berbangga-bangga tentang banyaknya harta yang mengakibatkan
persaingan tidak sehat dan juga berbangga tentang sukses anak-anak keturunan,
padahal itu semua hanya bersifat sementara dan tidak kekal. Kehidupan dunia ibarat
hujan yang tercurah ke atas tanah yang mengagumkan para petani
tanam-tanaman yang ditumbuhkankan-nya kemudian setelah berlalu
sekian waktu ia yakni tanaman itu menjadi kering atau tumbuh
tinggi dan menguat lalu dengan segera engkau lihat dia menguning, lalu
beberapa saat kemudian ia menjadi hancur. Demikian itulah perumpamaan
keadaan dunia dari segi kecepatan kepunahannya dan di akhirat nanti ada azab
yang keras bagi mereka yang menuntunnya dengan mengabaikan akhirat dan ada
juga ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya bagi mereka yang menjadikan
dunia arena perolehan kebahagiaan akhirat dan tidaklah kehidupan dunia bagi
mereka yang terlengahkan oleh gemerlapannya kecuali hanyalah kesenangan sementara
dan segera lenyap lagi yang menipu manusia-manusia yang lengah.[5]
Pada ayat ini Allah swt menjelaskan kepada manusia bahwa
kehidupan dan kesenangan dunia hanyalah seperti mainan dan sesuatu yang lucu,
menjadi bahan kelakar antara mereka, serta perhiasan untuk melengkapi dandanan
mereka. Mereka berbangga-bangga dengan harta dan keturunan yang dianugerahkan
kepada mereka.
Dunia yang sifatnya sementara, hanya berlangsung beberapa
saat lalu hilang lenyap dan berakhirlah wujudnya. Keadaan ini tidak beda dengan
bumi yang kena hujan lebat lalu menumbuhkan tanaman-tanaman yang mengagumkan
para petani, menyebabkan mereka riang bermuka cerah dan merasa gembira.
Kemudian berubah menjadi kering dan layu, hancur berguguran diterbangkan
angina.
Selanjutnya Allah swt menjelaskan bahwwa di akhirt nanti ada
azab yang pedih yang terus-menerus disediakan bagi orang-orang yang sangat
mencintai dunia, meninggalkan amal-amal saleh, dan melibatkan dirinya kedalam
kemusyrikan dan penyembahan berhala. Disamping itu ada ampunan dai Allah dan
keridaan-Nya yang dianugerahkan kepada orang-orang yang mensucikan dirinya dari
dosa dan maksiat, merendahkan diri kepada Allah
dan kembali kepada-Nya, taat dan patuh pada setiap perintah dan
larangan-Nya.
Ayat 20 ini, ditutup dengan suatu ketegasan bahwa kehidupan
didunia hanyalah kesenangan yang akan lenyap dan hilang serta menipu.
Orang-orang yang condong kepada dunia
akan tertipu dan terperdaya. Mereka menyaangka bahwa kehidupan hanyalah di
dunia ini, dan tidak ada lagi kehidupan sesudahnya.[6]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Allah SWT memberitahukan kepada kita
hamba-hamba-Nya bahwa janganlah lengah atau tertipu oleh gemerlap hiasan
duniawi yang menggiurkan, karena itu tidaklah lain hanyalah permainan yang
sia-sia. Apa yang dihasilkan tidak lain hanyalah hal-hal yang menyenangkan hati
saja juga bisa menghabiskan waktu dan pada akhirnya mengantarkan kepada
kelengahan. Maka Allah SWT menyuruh kepada kita supaya tidak berlebihan
dalam perhiasan, bermegah-megah, juga berbangga tentang banyaknya harta dan
sukses anak keturunan diantara manusia, karena itu bisa menimbulkan sifat
dengki dan iri hati dan juga kesombongan yang mengakibatkan persaingan tidak
sehat diantara umat manusia.
Diketahui bahwa kehidupan akhirat bersifat kekal dan
kenikmatannya tidak akan pernah sirna, sedangkan kehidupan duniawi bersifat
sementara (fana) yang banyak berisi tipu daya syaitan.
Barangsiapa yang lebih cenderung mementingkan kehidupan duniawi dan mencintai
perhiasan duniawi, berarti orang tersebut tidak membenarkan adanya kehidupan
akhirat atau keimanan orang tersebut cuma sebatas ucapannya
dan tidak sampai pada hatinya. Dengan demikian, balasan pahala yang begitu
besar sebagaimana dijanjikan oleh sang Khaliq, bagi orang-orang yang beriman
tidak akan sampai kepada orang tersebut.
B. Kritik dan
Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, bentuk penyusunan maupun materinya mememiliki kekurangan dan
masih memerlukan tambahan dari pembaca, baik itu dari segi referensi ataupun
tulisannya. Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah selanjutnya. Khususnya kepada
bapak dosen kami mohon selalu bimbingan dan arahannya, apabila dalam pemaparaan
makalah ini masih sangat jauh dari yang diharapkan. Akhir kata, semoga makalah
ini dapat memberikan manfa’at kepada kita sekalian, amin ya rabbal ‘alamin.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................................. ii
Bab I. Pendahuluan.................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 1
Bab II. Pembahasan................................................................................................................. 2
A. Al-Hijr.......................................................................................................................... 2
1. Ayat 39-40............................................................................................................. 2
a. Ayat dan Artinya ............................................................................................ 2
b. Munsabah......................................................................................................... 2
c. Tafsir................................................................................................................ 3
2. Ayat 41-42
a. Ayat dan Artinya............................................................................................. 3
b. Munasabah....................................................................................................... 4
c. Tafsir................................................................................................................ 4
B. Al-Hadid...................................................................................................................... 4
1. Ayat 20................................................................................................................... 4
2. Kosa-kata............................................................................................................... 5
3. Munasabah............................................................................................................. 5
4. Tafsir...................................................................................................................... 5
Bab III. Penutup...................................................................................................................... 7
A. Kesimpulan................................................................................................................... 7
B. Kritik dan Saran........................................................................................................... 7
Daftar Pustaka.......................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
www.alquran-indonesia.com
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah
Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2003.
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta:
Pustaka Panjimas, 1983.
RI, Departemen Agama.
Al-Qur’an & Tafsirnya, Jakarta: Lentera Abadi, 2010
Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy , Teungku.
Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur 3, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2000
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah,
Jakarta: Lentera Hati, 2009.
http://iman53.blogspot.co.id/2014/01/makalah-tafsir-tentang-akhirat.html
[1] http://indonesian.irib.ir/islam/al-quran/item/80535-Tafsir_Al-Quran,_Surat_Al-Hijr_Ayat_39-44
[2] M. Quraish Shihab . Tafsir
Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati, 2009, hlm 462.
[3] Prof. Dr. Hamka . Tafsir
Al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas , 1983, hlm.189.
[4] Departemen Agama RI . Al-Qur’an Dan Tafsirnya. Jakarta: Lentera
Abadi, 2010, hlm.687.
[5] M. Quraish Shihab . Tafsir
Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati, 2003, hlm 37.
[6]
Departmen Agama RI, op. cit, hlm. 687